Aceh dalam Geliat Wisata
Aceh dalam Geliat Wisata

Oleh Dr.Muhammad Yasar, S.TP., M.Sc,  Dosen Tetap Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Memasuki tahun 2022, imej Aceh yang selama ini dipenuhi potret buram sebagai daerah bekas konflik, miskin dan rawan bencana mulai terlihat “kinclong” kembali sesuai aslinya.

Pesona alamnya yang menawan, kaya akan biodiversity, serta hospitality warganya yang teguh dengan adat “pemulia jamee” membuat denyut wisata Aceh berdegup kencang.

Walau di tengah dera pandemi yang meluluhlantakkan berbagai sektor, geliat wisata tetap bercahaya (baca: the light of Aceh).

Dinobatkannya Agam Inong Aceh, Akkral dan Salwa sebagai Duta Wisata Nasional, perolehan Piala Citra Festival Film Indonesia kategori Film Dokumenter oleh Sineas Muda, Davi Abdullah, Juara 1 Anugerah Desa Wisata Kategori Homestay oleh Desa Nusa Lhoknga, hingga Juara Umum Anugerah Pesona Indonesia, adalah antara prestasi yang tertoreh.https://www.youtube.com/embed/5E3JDRhKaak

Bangga, haru, dan entah apa lagi kata yang pantas diungkapkan sebagai bentuk apresiasi atas kesadaran dan kerja keras seluruh elemen masyarakat mulai dari pelaku hingga penikmat wisata.

Prestasi yang sedemikian rupa tidaklah harus terhenti diapresiasi dan rasa bangga.

Torehan tinta emas tersebut perlu diguratkan dalam bentuk karya pembangunan yang lebih bombastis, agar ledakannya mampu mengubah wajah kemiskinan menjadi aura kejayaan.

Aceh harus terjaga dari ninabobo dana otsus yang usianya tidak abadi.

Sisa waktu yang ada masih memungkinkan kita untuk fokus pada sesuatu program yang memiliki multi efek dan menghindari multitafsir apalagi multikepentingan.

Dan sektor pari wisata adalah salah satu pilihannya.

Sektor pariwisata adalah sektor paling seksi di dunia.

Negara-negara yang minim potensi sekalipun tidak sungkan-sungkan “merogoh kocek” demi bersolek agar terlihat lebih cantik.

Mulai dari ber-make up hingga rela dioperasi plastik agar negaranya memiliki pesona yang dilirik wisatawan mancanegara.

Tidak ada tujuan berkunjung melebihi niat untuk berdarma wisata.

Setidaknya ia akan menjadi “second goal” setelah misi atau tujuan utama terselesaikan.

Jadi jangan heran, semua upaya dikerahkan, bukan sekadar prestise untuk dipandang hebat melainkan menjadi sumber pendapatan devisa dan menjadi stimulus peningkatan sektor yang lain.

Objek wisata Nago Resort yang dikelola BUMK Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil
Objek wisata Nago Resort yang dikelola BUMK Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil (SERAMBINEWS/Foto dok Irwan)

Bicara Aceh, mulai dari Sabang sampai ke Singkil, dari daratan hingga kepulauan, dari gunung hingga samudera luas, tanpa dimake up pun sudah cantik.

Bahkan kecantikannya ibarat “boh lam on” (baca: original) yang mampu membuat penasaran mata dunia.

Apalagi dengan branding wisata halalnya yang membuat aman dan nyaman siapapun, dari golongan manapun, termasuk agama apapun.

Hampir semua yang berkunjung ke Tanah Rencong ini langsung tertikam hatinya, hingga sulit untuk melupakan pesona yang ada.

Namun adapula di antara mereka yang datang kerap memandang betapa bodohnya orang Aceh, sebegitu hebatnya anugerah yang Tuhan berikan tapi betah hidup berlama-lama dalam predikat kemiskinan.

Dalam analogi ke-Aceh-an keadaan seperti ini disebut “boh-boh droe” (baca: tidak mengurus diri).

Idiom ini bukan tanpa alasan, ia lahir akibat dari kekurangmampuan kita dalam menggali, mengangkat, dan membangun potensi diri.

Entah itu akibat kekurangperhatian, kekurangpekaan, kekurangpedean, atau malah kekurangsyukuran atas segala potensi yang dimiliki.

Tentu tidak kurang bagi kita kaum terdidik, generasi pintar, dan masyarakat kreatif.

Jadi alasan apa yang patut kita sematkan untuk membela diri atas kebelummampuannya kita mengorbitkan diri ini.

Tentu kita semua tidak bersepakat ketika ada pihak yang mengalasankan susahnya membangun dunia kepari wisataan di Aceh karena Aceh adalah provinsi syariat yang kental dengan ke-Islam-annya.



Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Aceh dalam Geliat Wisata, https://aceh.tribunnews.com/2022/02/19/aceh-dalam-geliat-wisata?page=2.






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *